Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Artikel Populer Melalui Model ‘Bongkar Pasang’

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemakaian model bongkar pasang sebagai strategi dalam pelatihan menulis artikel populer bagi guru-guru Bahasa Indonesia SLTP se-Sumatra Barat tahun 2002 di Padang. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) dengan rancangan penelitian kualitatif yang dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: tahap (1) diagnostik, (2) terapeutik, dan (3) perancangan ulang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model bongkar pasang dapat ditingkatkan partisipasi dan kemajuan hasil yang signifikan bagi peserta pelatihan yang dilaksanakan selama seminggu. Efektivitas penggunaan model ini diketahui dari peningkatan nilai rata-rata yang dicapai peserta pelatihan dalam menghasilkan artikel populer yang baru (di luar model), baik secara isi maupun penggunaan bahasa kreatif.
Kata Kunci: menulis artikel populer, model bongkar pasang, penelitian tindakan, menulis kreatif.

Oleh: Harris Effendi Thahar *)


________________________________________
1. Pendahuluan
Artikel ini mencoba menawarkan salah satu strategi untuk memacu keterampilan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SLTP dalam menulis artikel populer. Artikel populer yang dimaksudkan di sini dibatasi pada keterampilan menulis artikel populer dalam suatu pelatihan (penataran) “Menulis Kreatif untuk guru-guru Bahasa Indonesia SLTP se-Sumatra Barat” yang diadakan oleh Balai Penataran Guru (BPG) Padang, 10 s.d. 22 Juni 2002. Di dalam pelatihan “Menulis Kreatif,” pembinaan diarahkan pada pengembangan kemampuan dasar menulis kreatif yang terdiri dari menulis artikel populer, menulis cerita rekaan (cerpen), dan menulis puisi.
Dalam realitas praktik permulaan, masih banyak ditemui kendala-kendala, antara lain adalah sebagai berikut.
Pertama, penggarapan struktur karangan masih sangat lemah. Hal itu antara lain ditandai oleh kekurangjelasan pengaluran. Struktur karangan, yakni bagian awal, tengah, dan akhir sulit dipahami. Artikel mengalir tanpa pola yang jelas, kadang-kadang ada topik-topik paragraf yang diulang pada bagian berikutnya. Dengan kata lain, ketidakruntutan karangan merupakan kendala utama untuk menangkap fokus karangan secara utuh.
Kedua, dihubungkan dengan keterbacaan tekstual, bentuk penggunaan kebahasaan masih tergolong lemah. Penggunaan kalimat yang panjang-panjang, bahkan ada yang bukan kalimat meski sudah panjang, oleh sebagian kecil peserta dianggap kalimat, cukup menguras konsentrasi pembaca. Demikian juga halnya dengan penulisan paragraf, penggunaan kosakata, istilah, dan ungkapan tertentu terkesan miskin dan dipaksakan.
Ketiga, dari segi isi masih terkesan usang dan klise, padahal sebuah artikel populer selalu berusaha lebih faktual (baru) dan enak dibaca (Marahimin, 1994:251). Meski materi artikel ditulis berdasar dari pengalaman peserta masing-masing, terkesan mengada-ada dan tidak meyakinkan pembaca. Hal itu mungkin disebabkan kekurangan pengalaman menulis, namun dipaksakan menguras pengalaman bacaan pada masa lalu.
Selanjutnya, dari sisi latar belakang pengalaman menulis terungkap hanya 2 orang dari 38 peserta yang berpengalaman menulis artikel populer untuk mengisi majalah sekolah masing-masing yang terbit secara insidental. Sebagai guru bahasa Indonesia yang berlatar belakang IKIP, FKIP, dan STKIP, baik yang berijazah sarjana S1 (18 orang), maupun yang berijazah DII/DIII (20 orang), tidak seorang pun yang pernah mendapatkan pengalaman belajar melalui mata kuliah “Menulis Kreatif” atau “Menulis Populer” sewaktu belajar di perguruan tinggi sebelumnya. Meski demikian, semua peserta pernah mendapatkan pengalaman belajar melalui mata kuliah Dasar-dasar Komposisi dan Menulis Karya Ilmiah.
Pada awalnya, mata kuliah Menulis Kreatif yang berbobot 3 SKS mulai ditawarkan kepada mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Padang (kini UNP) sejak tahun akademik 1995/1996, jadi masih tergolong mata kuliah baru. Dari hasil pantauan penulis, pada tahun berikutnya mata kuliah tersebut juga diberikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bung Hatta. Sementara, semua peserta meninggalkan perguruan tinggi masing-masing (lulus) sebelum tahun di atas. Oleh sebab itu, tak seorang peserta pun pernah mendapatkan mata kuliah atau pelatihan menulis kreatif sebelumnya.
Secara keseluruhan, direfleksikan bahwa latar belakang peserta penataran telah memiliki bekal cukup untuk menulis artikel (deskripsi/eksposisi) melalui pembelajaran Dasar-dasar Komposisi dan Menulis Karya Ilmiah sewaktu masih belajar di perguruan tinggi. Lagi pula, menulis merupakan kegiatan lintas bidang studi (Tompkins 1994:39). Sementara itu, oleh sebagian peserta, menulis secara populer dianggap sesuatu yang tidak penting dan merupakan lawan dari menulis karya ilmiah. Padahal, kedua bentuk tulisan itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas menulis dan keduanya bagaikan dua sisi mata uang.
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk peningkatan penulisan artikel populer bagi peserta pelatihan dengan strategi bongkar pasang. Secara khusus, bentuk peningkatan dimaksud mencakup peningkatan kualitas proses dan hasil penulisan artikel populer. Kualitas proses penulisan diukur dari keterampilan melakukan analisis dan menyusun pola dari sebuah model. Sedangkan kualitas hasil penulisan artikel dinilai dari (a) kejelasan alur/struktur, (b) keterbacaan tekstual, (c) keutuhan dan fokus karangan, dan (d) kemampuan berbahasa kreatif.

________________________________________
2. Kajian Literatur
Penelitian tindakan (action research) sejenis, sebelumnya Asri dalam Buletin Pembelajaran (No.03/Th.24/September 2001) menawarkan upaya peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui Strategi Area Isi, suatu studi kasus terhadap mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS Universitas Negeri Padang. Asri mengadopsi teori Suhor (1994) yang dalam pelaksanaannya menerapkan strategi tersebut yang diawali dengan kegiatan (a) pengabstraksian, (b) pemodelan, (c) pelatihan, dan (d) penghasilan produk. Pada tahap (b) mahasiswa banyak diberikan model (contoh) wacana cerpen yang pada akhirnya dipilih mahasiswa sebagai model. Selanjutnya, pada tahap (c), mahasiswa diberi kesempatan mencoba menulis cerpen dengan memperhatikan model yang sudah dikenalnya.
Asri menyimpulkan bahwa, pada tahap awal, imitasi atau duplikasi terhadap struktur cerpen model disikapi sebagai bagian integral dari proses kreatif penulisan. Lambat laun, dengan sharing kesejawatan dan masukan dari dosen, sebagian besar mahasiswa telah berani menulis cerpen dengan struktur cerpen secara baru sama sekali.
Selanjutnya, untuk menjawab tujuan penelitian ini, Marahimin (1994:14,15) menawarkan metode copy the master, yakni belajar menulis artikel dengan model yang disukai dan dekat dengan calon penulis. Pada dasarnya, metode ini menuntut dilakukan latihan-latihan sesuai dengan model yang ditawarkan.
Dalam proses pelatihan dengan menggunakan model ini diperlukan model yang cocok dengan tujuan pelatihan, antara lain: (a) memilihkan 3 judul model yang dekat topiknya dengan peserta, yakni artikel yang telah dimuat dalam suatu media berskala nasional, yang panjangnya sekitar 500-600 kata atau dua sampai dua setengah halaman kuarto, (b) menawarkan satu pilihan model untuk dijadikan acuan latihan menulis bagi tiap peserta.
Pada tahap berikutnya, peserta diminta secara gradual untuk (a) membaca model yang telah dipilih sendiri oleh peserta tahap pendahuluan atau membaca pemahaman, (b) melakukan eksplorasi untuk menangkap esensi isi dengan memberikan catatan-catatan seperlunya, (c) menganalisis model menurut topik-topik paragraf serta membuat abstraksi masing-masing paragraf, dan (d) membuat pola/struktur model yang telah dianalisis.
Pada tahap penghasilan produk, peserta diberikan kesempatan untuk memakai pola model yang telah dibongkar isinya dan mengganti isinya dengan topik “baru” yang dekat dengan isi sebelumnya dan dekat pula dengan calon penulis, dengan memperhatikan empat syarat yang telah diberikan sebelumnya, yakni (a) kejelasan alur/struktur karangan, (b) keterbacaan tekstual, (c) fokus dan keutuhan isi karangan, dan (d) aspek kebahasaan yang “kreatif” dan bebas dari segala bentuk mistake dan mistape. Untuk memenuhi unsur yang terakhir ini, peserta diwajibkan untuk menulis ulang (siklus II).

________________________________________
3. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research) dengan rancangan penelitian kualitatif. Prosedur penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yakni tahap (1) diagnostik, (2) terapeutik, dan (3) prancangan ulang (Cohen dan Monion, 1980; Moleong, 1989; Eliot, 1991). Pada tahap diagnostik, peneliti melakukan refleksi kajian awal yang bersumber pada (a) fakta hasil tes awal di kelas, dan (b) latar belakang pembelajaran menulis peserta sebelumnya. Berdasarkan hasil refleksi kajian awal tersebut, peneliti berkolaborasi dengan instruktur penataran (BPG Padang) yang membina kelas Menulis Artikel Populer untuk merumuskan masalah dan hipotesis tindakan.
Pada tahap terapeutik, penulis bersama-sama dengan instruktur BPG yang membina kelas menulis Artikel Populer, menyusun rancangan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi dan pemantauan, serta melakukan perenungan/refleksi. Pada tahap perancangan ulang, dilakukan diagnosis ulang, dan penentuan implikasi dampak praktis terhadap hasil penelitian.
Subyek penelitian ditentukan peserta Penataran Menulis Kreatif untuk Guru-guru Bahasa Indonesia SLTP Se-Sumatra Barat, 10 s.d. 22 Juni 2002 yang dilaksanakan oleh Balai Penataran Guru (BPG) Padang.
Berdasarkan penahapan, data dalam penelitian ini dibedakan atas: (a) data awal (pratindakan), serta (b) data tindakan yang merupakan hasil. Data hasil tindakan berupa data verbal tulis, bersumber dari tampilan karangan artikel populer yang dihasilkan peserta yang dijadikan perlakuan tindakan. Data pertama ini merupakan evidensi empirik yang disikapi sebagai data faktual (Bogdan dan Biklen, 1982). Sedangkan data verbal lisan berupa responsi, tingkah laku subyek penelitian dan instruktur yang bersumber dari interaksi peserta dan instruktur, dan antarsesama peserta selama kegiatan pelatihan berlangsung.
Kedua jenis data tersebut direkam dengan menggunakan alat (a) catatan lapangan, (b) catatan hasil wawancara, (c) catatan dokumen, (d) foto, dan (e) panduan lembaran pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti berkedudukan sebagai instrumen utama yang memiliki kemampuan untuk menyeleksi, menilai, menyimpulkan, dan memutuskan data (Moleong, 1989).
Analisis data dalam penelitian tindakan ini menganut prinsip multiguna (McNiff, 1992:85). Maksudnya ialah, bagaimana suatu teknik analisis dapat digunakan untuk mendukung pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Atas dasar itu, data tentang eksplorasi, pemodelan, dan pelatihan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif model mengalir (Miles dan Huberman, 1982). Data tentang kualitas hasil penulisan artikel populer dianalisis dengan menerapkan prinsip analisis wacana (Emmit, 1996). Target mengarah pada tiga level, yakni (i) observasi, (ii) deskripsi, dan (iii) eksplanatori.

________________________________________
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Peningkatan Keterampilan Melakukan Proses Penulisan
Keterampilan melakukan proses penulisan artikel populer dinilai berdasarkan tiga subketerampilan, yakni (i) pengabstraksian, (ii) pemodelan, dan (iii) pelatihan. Keterampilan peserta dalam melakukan pengabstraksian meningkat. Secara esensial keterampilan yang semula hanya bersifat pembayangan karena tanpa model. Pada tahap ini, peserta diberi kesempatan untuk mengabstraksikan paragraf demi paragraf dari model yang dipilih. Setiap paragraf diabstraksikan dengan kalimat sendiri. Rata-rata peserta mampu membuat abstraksi setiap paragraf dengan baik dengan nilai berkisar antara 66-79, setara dengan kualifikasi C-B. Pada tahap berikutnya, nilai meningkat lebih tinggi, yakni menjadi 78-86 atau setara dengan kualifikasi B-A.
Keterampilan menyusun ulang struktur model (pemodelan) peserta ternyata tidak jauh dari model asli. Pada tahap ini nilai tidak diberikan karena model dianggap sudah memenuhi standar. Penggantian abstraksi setiap paragraf dengan ide sendiri dari masing-masing peserta dilakukan sesuai dengan topik yang berdekatan dengan model dan sesuai pula dengan pengalaman masing-masing peserta. Dengan demikian, peserta dianggap sudah dapat memulai pelatihan dengan membongkar abstraksi dan melakukan proses tahap berikutnya, yakni menulis paragraf demi paragraf berdasarkan abstraksi dengan bahasa sendiri dan merangkainya menjadi sebuah artikel yang terdiri dari 9-12 paragraf, atau lebih kurang 500-600 kata.
Hingga tahap proses pelatihan ini sebagian besar peserta terkesan masih terlalu dekat dengan model. Terjadi imitasi dan duplikasi terhadap struktur model artikel seperti temuan penelitian Asri (2001) yang harus disikapi sebagai bagian integral dari proses kreatif penulisan. Namun, 5 peserta telah memiliki keberanian merombak model dan telah terjadi kreativitas untuk mengekspresikan ide dengan menambah item abstraksi. Dengan demikian, telah terjadi peningkatan dalam proses pelatihan.
Dengan hasil proses pelatihan itu, ada empat hal yang harus dinilai, yakni: kejelasan alur, keterbacaan tekstual, keutuhan dan keterfokusan karangan, dan pengembangan bahasa kreatif. Selain kejelasan alur, tiga aspek lanjutannya juga belum menampakkan perubahan yang berarti dari model. Artinya, belum sepenuhnya model “terbongkar” dan menggantinya dengan ide dan ekpresi personal masing-masing peserta. Akan tetapi, sebagai suatu keterampilan proses, peningkatan hasilnya sangat signifikan dibandingkan dengan kemampuan tes awal, dalam hal ini kejelasan alur (struktur) karangan.

________________________________________
4.2 Peningkatan Kualitas Hasil Menulis Artikel Populer
Setelah dilakukan diskusi interaktif dengan pokok bahasan hasil proses sebelumnya, yakni dengan memfokuskan terhadap keterbacaan tekstual, keutuhan dan keterfokusan karangan, dan kemampuan mengembangkan bahasa kreatif, para peserta merasa bersemangat untuk meneruskan perbaikan dan menulis ulang hasil proses menulis karangan masing-masing.
Mengacu pada refleksi hasil penelitian siklus I, maka intervensi tindakan dan hasil siklus II adalah sebagai berikut.
(1) Keterbacaan tekstual; penilaian dilakukan berdasarkan penggunaan unsur bahasa yang meliputi, efektivitas kalimat, ketepatan diksi. Efektivitas kalimat rata-rata yang digunakan peserta menunjukkan kemajuan yang berarti. Sebelumnya, pada siklus I penggunaan kalimat majemuk, atau kalimat luas yang cenderung mengaburkan topik kalimat banyak dipakai peserta > 50% (20 dari 38). Pada siklus II, hasil akhir menunjukkan 33 peserta berhasil menunjukkan kemampuan menulis kalimat efektif. Sedangkan penggunaan diksi, terjadi perubahan dari penggunaan kata umum ke penggunaan kata khusus yang sesuai dengan topik kalimat. Pada bagian ini, peningkatan nilai rata-rata adalah dari 68,7 menjadi 83,35, atau setara dengan baik (B).
(2) Keutuhan dan keterfokusan karangan; penilaian dilakukan berdasarkan keutuhan paragraf, koherensi antarparagraf, dan kemampuan menyusun alur. Pada bagian ini peserta banyak belajar pada model yang dijadikan pedoman sehingga tidak terdapat kesulitan yang berarti setelah diskusi evaluasi siklus I. Kemajuan itu terlihat dari perbandingan nilai rata-rata yang berkisar antara 78,4 menjadi 79,83. Peningkatan itu terlihat dari kemampuan membuat paragraf yang padu serta pemakaian konjungsi yang tepat antarparagraf.
(3) Kemampuan pengembangan unsur bahasa kreatif; penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan menggunakan metafor, penajaman, penghalusan, serta kemampuan perluasan topik paragraf dengan perbandingan (asosiasi) dalam bahasa. Pada bagian ini, tidak banyak kemajuan berarti, kecuali 3 peserta yang kemudian mendapatkan nilai akhir terbaik, yakni 84,80, 85,5 dan 85,55. Sedangkan rata-rata nilai adalah 77,89 atau setara dengan B. Kemampuan bagian ini tersirat bahwa sebagian peserta tidak memiliki latar belakang kegiatan membaca artikel populer yang intensif. Hal itu terlihat dari kurangnya wawasan hingga berdampak pada kemampuan untuk mengembangan topik dengan perbandingan (asosiasi dan analogi). Sejalan dengan apa yang dinyatakan Marahimin (1994:7) bahwa seorang penulis haruslah memiliki kepekaan tertentu, yang dikumpulkan, dilatih, dan diasah tajam-tajam ketika membaca. Namun, sebagai langkah awal, model pembelajaran “jalan pintas” melalui strategi “bongkar pasang” telah dapat menumbuhkan gairah menulis, dalam hal ini menulis artikel populer. Menulis secara populer tidak lagi dianggap sesuatu yang sia-sia, bahkan sebaliknya dan disadari bahwa menulis secara populer sama pentingnya dengan menulis secara ilmiah.
Ketiga kualitas keutuhan artikel populer pada siklus II ini menunjukkan hasil sebagai berikut, dari 34 judul artikel (4 peserta tidak ikut karena sakit) yang dihasilkan, terdapat 5 artikel yang masih lemah/kurang. Kelima artikel itu masih terpaut dengan artikel model hingga belum pantas disebut sebagai hasil pelatihan serta tidak mampu mengembangkan unsur bahasa kreatif. Sedangkan 26 peserta mampu mencapai nilai baik (B) dan 3 peserta mendapat nilai terbaik (A).

________________________________________
5. Simpulan dan Saran
Berdasarkan paparan hasil dan bahasan, maka peningkatan keterampilan proses menulis artikel poluper dan peningkatan kualitas menulis artikel populer, disimpulan sebagai berikut ini.
Pertama, peningkatan keterampilan menulis artikel populer dinilai dari proses pengabstraksian, pemodelan, dan pelatihan. Bahwa secara induktif, peserta pelatihan telah terampil melakukan asimilasi dan akomodasi artikel populer yang dikenalkan berdasarkan pengalaman personalnya, baik langsung maupun tidak lansung.
Konkretisasi kegiatan abstraksi peserta adalah pemberian model artikel populer. Peserta diberi kesempatan mengenali dengan mengkaji struktur artikel populer yang dipilih sendiri dari pilihan instruktur, baik yang menyangkut penggunaan unsur bahasa, penggarapan unsur isi artikel, maupun struktur isi karangan. Peserta ternyata telah dengan baik mengakrabi dan mengidentifikasi artikel model.
Pada tahap pelatihan, peserta telah mampu menyusun rancangan artikel berdasarkan model sebagai bagian integral dari proses kreatif penulisan. Sebagian peserta bahkan telah mulai melakukan perubahan, modifikasi terhadap struktur karangan untuk berlatih menulis yang baru dan telah menjauh dari model.
Kedua, peningkatan kualitas hasil menulis artikel populer, dinilai dari kualitas keterbacaan tekstual, keutuhan dan keterfokusan karangan, dan kemampuan penggunaan unsur bahasa kreatif. Ketiga unsur itu telah menciptakan karangan artikel populer baru masing-masing peserta yang kualitasnya jauh lebih baik dari hasil tes awal. Kecuali itu, khusus untuk pengembangan unsur bahasa kreatif, meskipun masih merupakan salah satu unsur yang masih perlu ditingkatkan, penulis yakin, hal itu akan berkembang dengan baik apabila peserta melanjutkan minat kepenulisannya dengan latihan terus-menerus hingga menemukan bahasa kreatif yang bersifat personal.
Ketiga, peningkatan kualitas hasil menulis artikel populer khususnya, menulis kreatif pada umumnya, tidak dapat dipisahkan dari kegiatan membaca sebagai usaha untuk perluasan wawasan yang akan melahirkan ide-ide kreatif untuk menulis.
Berdasarkan simpulan hasil bahasan di atas, maka untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis kreatif di masa yang akan datang disarankan kepada dosen pembina mata kuliah menulis kreatif hal-hal berikut.
Pertama, pembelajaran menulis kreatif umumnya, menulis artikel populer khususnya dengan menggunakan model yang akan dibongkarpasangkan, bukanlah bertujuan untuk melatih peserta didik menjadi plagiator. Namun, sebagai salah satu jalan untuk memperkenalkan secara konkret serta melatih proses kepenulisan dari awal hingga tuntas, model pembelajaran ini menjadi salah satu metode penting dan telah teruji sejauh hasil penelitian ini.
Kedua, orientasi kepada keterampilan proses dalam pembelajaran adalah lebih penting dibandingan dengan orintasi hasil. Oleh sebab itu, latihan-latihan di dalam program perkuliahan akan lebih baik dilakukan lebih banyak daripada sekedar pelatihan (training) yang dilakukan secara singkat dan seporadis, seperti halnya studi kasus ini. Pada tahap ini disarankan agar dosen tidak menuntut produk tulisan mahasiswa langsung sempurna, justru berbagai kekurangan atau kelemahan awal pada tahap-tahap permulaan merupakan ciri utama ancangan menulis yang berorientasi pada proses.
Ketiga, untuk menilai karangan berupa artikel populer diperlukan rambu-rambu penilaian yang jelas agar hasil proses pembelajaran menulis artikel populer dapat terukur dengan baik.
Penelitian ini baru bersifat rintisan dengan segala keterbatasannya. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya disarankan agar fokus dan hasil penelitian ini ditindaklanjuti dan dikembangkan pula ke arah penelitian peningkatan pembelajaran menulis kreatif lainnya seperti menulis prosa dan puisi dengan berbagai subyek peneltian, termasuk subyek di luar bidang studi kebahasaan.

________________________________________
Pustaka Acuan

Asri, Yasnur. 2001. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek melalui Strategi Area Isi: Studi Kasus terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP” dalam Buletin Pembelajaran No. 03/Thn.24, September 2001, Padang: UNP.
Blackburn, Ellen. 1982. The Rhythm of Writing Development. Cheimsford MA: Nerex Inc.
Bogdan, Robert C. and Biklen, Sari Knop. 1982 Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and Bacon.
Cohen, L. dan Monion, L. 1980. Research Methods in Education. London&Canberra: Croom Helm.
Elliot, John. 1991c. Action Research Educational Change. Philadelphia:Open University Press.
Emmit, M.T. Pollock dan J. With Limbrick, L. 1996. An Introduction to Language
Learning. Oxford University Press.
Marahimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya
McNiff, Jean. 1992. Action Research: Principle and Practice .London: Macmillan Educational Ltd.
Miles, Matthew B., and Huberman A. Michael. 1982. Analisis Data Kualitatif. Alih bahasa oleh Rohidi dan Tjetjep Rohendi. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Karya
Tompkins, Gail E.1 1994. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: Maxwell Macmillan International.

________________________________________
*) Drs. Harris Effendi Thahar, M.Pd. adalah Dosen FBSS Univeristas Negeri Padang


Related Posts by Categories



0 Responses to "Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Artikel Populer Melalui Model ‘Bongkar Pasang’"

Posting Komentar